Selasa, 10 April 2012

UPACARA RSI GANA, MUPUK PEDAGINGAN, PEMELASPASAN, DAN PIODALAN PURA AGUNG UDAYANA MAKODAM IX/ UDAYANA








Para Anggota Militer maupun Sipil Makodam IX/Udayana yang ber Agama Hindu, melaksanakan upacara Rsi Gana, Mupuk Pedagingan, Pemelaspasan, dan Piodalan Pura Agung Udayana Makodam IX/ Udayana, pada Purnama Kedasa hari Jumat tanggal 6 April 2012. (Selasa,10/4).

Upacara ini rencananya dihadiri oleh Bapak Pangdam, Kerena sesuatu hal, menjadi diwakilkan Kepada Bapak Asisten Territorial Kasdam IX/ Udayana Bapak Kolonel Inf. I Made Datrawan, hadir juga pada kesempatan tersebut perwakilan dari Para Asisten, Ka Balak serta Denmadam IX/ Udayana, juga para Umat Hindu Makodam dan Keluarganya. Upacara tersebut diawali laporan dari Ketua Panitia Bapak Letkol Kav. I Ketut Arta Yasa, bahwa upacara ini dilaksanakan diawali karena adanya musibah kebakaran Piyasan Pura ini pada tanggal 2 November 2011, dan diadakan perbaikan, ditambah 2 bangunan baru berupa altar tempat Upakara dan dibawahnya dipakai untuk menyimpan alat- alat, prabot , dan karpet sarana persembahyangan. Perbaikan pura ini menghabiskan dana sebanyak Rp 111.000.000,- (Seratus Sebelas Juta Rupiah), dana tersebut didapat dari dana punya umat Hindu makodam, Bapak Bupati Badung, dan Bapak Pangdam IX/ Udayana, kami pada kesempatan ini atas nama umat Hindu makodam dan pribadi mengucapkan banyak terima kasih kepada semua fihak yang telah berpartisifasi baik berupa materi maupun pemikiran demi terwujudnya Pura Dan Upacara seperti ini, mudah- mudahan Tuhan Ida Sanghyang Widhi Wasa, selalu memberikan waranugerahanya kepada kita semua Swasti dan Santih. Pada Purnama kelima kamis pahing wuku Dukut tanggal 10 nvember 2011, telah dilaksanakan Pemelaspasan alit, kemudian sekarang diadakan Upacara yang lebih besar seperti ini. Acara selanjutnya adalah sambutan Pangdam IX/ Udayana yang diwakilkan kepada Bapak Aster Kasdam IX/ Udayana mengatakan, selamat atas telah diperbaikinya dan dilaksanakannya Upacara Rsi Gana, Mupuk Pedagingan, Pemelaspasan, pedudusan alit, dan Piodalan Pura Agung Udayana Ini, mudah- mudahan dengan upacara sebesar ini, dapat lebih meningkatkan keimanan khususnya umat Hindu Makodam IX/ Udayana, jadikanlah Pura ini tempat sembahyang setiap hari, karena setelah Upacara ini, vibrasi kesucian di Pura ini sudah tentu bertambah kuat. Selamat untuk semuanya, Tuhan Memberkati. Acara selanjutnya adalah Upacara pensakralan Pura sesuai ajaran agama Hindu dipimpin oleh Ida Pedanda Ghrya Telabah Munggu Denpasar Bali. Diawali dengan Rsi Gana, yang tujuannya untuk meruwat para Bhuta Kala dengan menstanakan/ mewujudkan Dewa Gana, dilanjutkan dengan Mupuk Pedagingan, Penguri- urip, Pemelaspasan,dan Piodalan Pura, yang setiap Tahunnya dilaksanakan pada Purnama Kedasa. Pada upacara ini dipersembahkan Wayang Sapuleger, dengan dalang Jro Mangku Dalang Mayor Caj Drs. I Gusti Nyoman Japi, disamping itu dipersembahkan juga tari Rejang dari Anak- anak remaja umat Hindu Kodam IX/Udayana, dan Topeng Siddha Karya Dari anggota Kodim 1611/ Badung yang beragama Hindu. Upacara tersebut diakhiri dengan persembahyangan dan Parama Santi, dan pada kesempatan tersebut disampaikan Dharma Wacana oleh Dr. I Gusti Made Ngurah, dalam Dharma Wacananya mengatakan :Upacara Rsi Gana adalah dalam Panca Yadnya termasuk Bhuta Yadnya, yaitu ditujukan kepada para Bhuta Kala, yang tujuannya Para Bhuta Kala agar tidak mengganggu kehidupan Manusia Maupun Para dewa, pada Upacara ini yang sangat berperanan adalah Dewa Gana, sehingga saat Upacara ini diadakan, Ida Sulinggih menstanakan/ mewujudkan Dewa Gana sebagai Awghnaswara, karena Dewa Gana adalah Dewa yang sangat Sakti dan yang mampu mengalahkan Kala Nila Rudraha ketika Sorga diserangnya. Kenapa Dewa Gana menjadi Dewa yang Paling sakti ? Ketika Ibunya Dewa Gana yang bernama Dewi Parwati Beristana di Gunung Kailasa, berpesan... anakku Dewa Gana agar menjaga ibu disini, siapapun yang masuk ke istana ini tanpa seijin ibu terlebih dahulu tidak boleh masuk istana ini. Suatu ketika Dewa Siwa, Ayahnya Dewa Gana atau suaminya Dewi Parwati mau masuk ke Istana Dewi Parwati Di Gunung Kailasa yang Telah dijaga oleh Dewa Gana, Dewa Siwa Tidak Dibolehkan masuk Istana tersebut karena Dewa Gana tidak tahu bahwa dewa Siwa itu adalah Ayahnya, dan juga karena taat dengan perintah Ibunya, sehingga terjadilah peperangan yang sangat dasyat antara ayah dan anak ini, lama terjadi pertempuran tidak ada yang mengalah. akhirnya kemarahan Dewa Siwa Mencapai puncaknya dikeluarkanlah senjata Cakra dan memotong leher Dewa Gana, terpenggallah Dewa Gana, kepala terlepas dari lehernya. Selanjutnya datanglah Dewi Parwati, diikuti oleh para dewa Kahyangan, semuanya menangis sedih, Dewa Siwa baru menyadari bahwa yang di bunuh itu adalah Putranya dan Dewa Siwa menjadi sangat bersedih minta maaf kepada Dewi Parwati sambil memangku jenazah Putranya. Akhirnya para Dewa mengganti kepala Dewa Gana Dengan Kepala Gajah, dan semua memberkati, menghidupkan, mendoakan agar Dewa Gana mejadi Dewa yang paling sakti dan mampu menghancurkan keangkara murkaan, serta menetralisir hal- hal yang negatif menjadi baik (diambil dari salah satu kitab purana). Dengan upacara Rsi Gana Pengaruh- pengaruh negatif para Bhuta Kala diharapkan akan dapat dinetralisir kembali menjadi Roh- roh suci, Dewa- Dewi dan pada akhirnya akan menyelamatkan kita semua atau disebut "Somyo". Demikian besarlah peranan Rsi Gana tersebut, dan upacara ini wajib dilaksanakan bila Tempat Suci, Pura, Merajan, Rumah tempat tingga atau pekarangan kena musibah :Kebakaran, disambar petir, ada lutut (ulat yang sambung- menyambung), ada pembunuhan manusia, ada darah manusia tanpa sebab, mininggal, dan lain- lain. Selanjutnya Mupuk Pedagingan, mupuk berarti menambahi atau menyempurnakan pedagingan yang sudah ditanam disetiap bangunan- bangunan suci tersebut. Pedagingan ini adalah berupa Panca Datu atau lima macam logam (emas, perak, tembaga, besi, dan perunggu) dan ditambah ratna manikam berupa permata Mirah. Panca Datu ini bertujuan untuk menghidupkan vibrasi kesucian didalam tempat suci tersebut sehingga tempat suci tersebut menjadi metaksu dan benar- benar menjadi stananya Para Dewa dan Ida Sanghyang Widhi Wasa, karena Para Dewa atau Tuhan itu adalah Kesucian itu. Penggunaan Panca Datu ini diawali di Bali, pada kedatangan Rsi Markandya, dimana pada kedatangan pertama dengan pengiring 400 Orang gagal menduduki Bali, kemudian pada kedatangan kedua dengan pengiring yang lebih banyak berhasil menduduki Bali, setelah menanam pedagingan berupa Panca Datu di Batu Madeg Besakih Bali. Kemudian Pemelaspasan, bertujuan untuk menhidupkan kembali bangunan- bangunan tersebut dengan menstanakan/ mewujudkan Bhtara Wiswakarman sebagai arsitek bangunan para Dewa. Pemelaspasan ini penting dan disertai dengan pengurip- urip, karena bangunan tersebut, sebagian besar dibikin dari kayu yang sebelumnya merupakan makhluk hidup yang mempunyai eka pramana, kemudian ditebang menjadi mati, dan karena inilah perlu dihidupkan kembali dengan upacara pemelaspas atau di urip, agar kita tidak berada dibawah bangkai (mati). Kemudian Pedudusan Alit atau Agung, bertujuan untuk lebih menajamkam kesucian pada tempat suci tersebut, padudusan alit minimal menggunakan 5 jenis kelapa misalnya kelapa bulan, kelapa udang, kelapa be julit, kelapa rangda, kelapa suddha mala. bila Pedudusan Agung menggunakan 11 jenis kelapa. Selanjutnya upacara Pengenteg Gumi, bertujuan untuk menstabilkan keadaan suatu wilayah yaitu untuk mewujudkan konsep Tri Hita Karana, ini diperlukan korban serba 108 misalnya jenis buah, daun, duri dan lain-lain. Akhirnya Piodalan Atau Pathirtan Pura atau Merajan, adalah untuk memperingati kapan tempat suci tersebut disucikan, ini bisa mengambil sistim Pawukon atau Sasih, bila mengambil Pawukon berarti piodalan setiap 6 bulan, bila mengambil sasih berarti piodalan tersebut setiap 1 Tahun. piodalan ini berarti Ida Bhtara- Bhtari Medal, sehingga para pengempon tempat suci/ Pura bersangkutan memendak yang distanakan di Tempat suci bersangkutan, disinilah para umat mewujudkan Bhaktinya dengan bermacam- macam persembahan, Tuhan sebagai Sanghyang Tiga Guru Wisesa, Sanghyang Tryodasasaksi, akan menyaksikan dan memberkati upacara tersebut bila beliau diwujudkan secara rohani, disamping itu Para Dewa- Dewi, Bhtara- Bhtari, Roh- Roh suci lainnya akan datang sesuai dengan urutannya, setelah menghaturkan piodalan dengan perlengkapannya (upakara), akhirnya diadakan Upacara Nyineb Atau Ngelebar, yang paling dahulu disineb adalahTuhan yang diwujudkan sebagai Upasaksi, kemudian baru diikuti oleh Dewa- Dewi Bhtara- Bhtari, Roh leluhur Pitara-pitari serta para unen-unen rencang iringan semuanya...Suksma. Om Santih...Santih...Santih Om.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar