Kamis, 30 Desember 2010

SIWARATRI MERUPAKAN JALAN UNTUK MENUJU PEMBEBASAN




Bintaldam IX/ udayana melaksanakan Pembinaan Rohani Hindu, dan melaksanakan do'a dalam Rangka menyambut Tahun baru 2011, dan pelaksanaan Siwaratri pada Tilem Kapitu tahun masehi 2011, dikuti oleh para personil baik sipil maupun militer Kodam IX/ Udayana segarnizun Denpasar, bertempat di Pura Agung Jagadnatha Denpasar, sebagi pendharmawacana adalah Bapak Mayor Caj Drs. I gusti Nyoman Japi. Dengan judul, "Siwaratri Merupakan Jalan Untuk Menuju Pembebasan". Kamis (30/12).
Siwaratri menurut lontar Siwaratri Kalpa diperingati setiap Tahun yaitu pada, "Catur Dasi Kresna Paksha Tileming Kapitu" artinya pada panglong ping 14 tilem sasih kapitu, atau 14 hari setelah bulan pernama sasih kapitu. Kalau kita perhatikan dalam satu tahun ada 12 tilem, tilem Kapitu adalah kedudukan bulan yang paling gelap, dari kedudukan kita di bhumi ini, dan pada saat ini bila tidak berhati- hati kita akan dikuasai oleh peteng pitu (sapta timira), oleh karena itu kita harus melaksanakan bhrata atau pengendalian diri bermiditasi menyembah Tuhan (Siwa). Petunjuk dalam melaksanakan Siwaratri dapat kita ambil hikmahnya dari cerita Lubdaka, yang disusun oleh Mpu Tanakung, Lubdaka adalah sosok Manusia pekerjaannya membunuh binatang- binatang, karena dia seoarang pemburu, didalam ajaran Hindu menyatakan pekerjaan seorang pembunuh makhluk binatang tanpa tujuan suci adalah dosa (Himsakarma), tetapi dosa- dosa Lubdaka dihapuskan atau dimaafkan oleh Tuhan (Siwa), karena Lubdaka pada hari Tilem Kapitu telah melakukan penebusan dosa dengan melaksanakan Bhrata Siwaratri, yaitu setelah seharian berburu binatang Lubdaka tidak mendapatkan binatang buruan, sehingga bermalam ditengah hutan, supaya tidak dimangsa binatang buas, Lubdaka beristirahat diatas pohon Bila, dan supaya tidak mengantuk takut jatuh dari atas pohon Lubdaka memetik- metik daun Bila tersebut dijatuhkanya kedalam telaga yang kebetulan disana ada Lingga. Sebagaimana kita ketahui Lingga adalah perwujudan Tuhan sebagai Siwa, daun- daun bila yang dipetik oleh Lubdaka secara tidak sengaja semuanya jatuh di Lingga tersebut yang disana ada Tuhan dalam wujud Siwa yang sedang bermeditasi dan di tanggapinya oleh Siwa ada seorang Bhakta bernama Lubdaka menyampaikan persembahan kepada beliau dan mampu mengatasi hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan yang sangat berat. Lubdaka telah berhasil melaksanakan Jagra (tidak tidur semalam suntuk dan menyembah Siwa dengan menjatuhkan daun- daun Bila ke Lingga tersebut), Monabhrata(tidak mengumbar kata- kata atau tidak berbicara yang tidak perlu atau suci), Upawasa (karena Lubdaka pada saat itu tidak ada makan apa- apa, atau menahan lapar/ puasa). Akhirnya Lubdaka setelah meninggal masuk ke Siwa Loka, dosa- dosanya sebagai pembunuh binatang /pemburu dibebaskan oleh Tuhan (Siwa), karena Lubdaka telah melaksanakan Bhrata Siwaratri ( jagra, mona bhrata, dan upawasa) tepat pada Tileming sasih Kapitu.
Dari ceritera Lubdaka diatas, kita semua lahir ke dunia ini adalah sebagai pemburu ada pemburu kebenaran dan kesucian, ada yang tidak benar dan tidak suci. Semua perburuan ini akan menghadapi rintangan- rintangan dan akan bisa jatuh kelembah dosa. Daun- daun Bila atau don adalah sarana untuk mencapai tujuan, apabila sarana- sarana ini dapat kita gunakan dengan tepat pada tempat waktu dan keadaan kita sebagai pemburu akan sampai pada tujuan yaitu bebas dari dosa- dosa yang kita pernah perbuat sehingga akan menyatu ke jati diri kita yaitu Tuhan (Siwa). Disamping itu Mpu Tanakung menyatakan, bila kita Jagra (melek, begadang) dan menyembah Siwa pada malam Siwaratri, Siwa akan membebaskan dosa- dosa kita. Karena itu Pada hari Siwaratri, kita laksakan Bhrata Siwaratri, wujudkan lingga haturkan upakara- upakara, serta nama smaranam kepada Siwa.
Kesimpulannya : Ajaran Siwaratri adalah menumbuhkan kesadaran, karena ada kemungkinan kita penuh dosa, sehingga kita sadar harus di tebus dengan berbuat baik dan menyembah Tuhan (Siwa). Ajaran Siwaratri memberikan motivasi agar selalu sadar dan terhindar dari perbuatan- perbuatan asubhakarma. Ajaran Siwaratri menghindarkan keputus asaan dalam menhadapi hidup dan kehidupan ini. Dan sebagai jalan untuk bertobat, sehingga Moksartham jagadhitaya ca iti dharma yang merupakan tujuan Agama Hindu senantiasa akan tercapai.
Om Ksamaswamam... Namaste...Om

Selasa, 30 November 2010

KALI YUGA





Anggota Kodam IX /Udayana, se Garnizun Denpasar, mengikuti Bimbingan Rohani Hindu di Pura Agung Jagadnatha Denpasar, berjumlah lebih kurang 250 Orang, sebagai penceramah adalah Ibu Dra. Ni Made Sriarwati, dari Depag Propinsi Bali, dengan Topik, "KALI YUGA".Senin (29/11).
Kali yuga yang merupakan salah satu bagian dari Catur yuga (Kerta Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga), merupakan pembagian masa/ zaman berlangsungnya jagadraya ini beserta isinya. Menurut Manu Dharma Sastra, setengah kalpa terdiri dari 14 zaman Manusia , dan masing- masing zaman manusia ada catur yuganya, disebut catur yuga minor, karena pada setiap zaman manusia misalnya akan terjadi kali yuga tetapi kehancurannya tidak total, dan setelah masuk ke- 14 zaman manusia akan terjadi kali yuga total, jagadraya beserta isinya ini akan musnah total yang ada hanya Brahman dan beryoga selama setengah hari Brahman kemudian jagadraya beserta isinya akan tercipta lagi dari diri Brahman. 14 zaman manusia adalah siang harinya Brahman, sehingga malam hari dan siang harinya Brahman adalah satu harinya Brahman atau satu Kalpa. jagadraya beserta isinya dan 14 zaman manusia adalah setengah harinya Brahman. Pada saat ini kita baru masuk pada zaman manusia yang ke-7 dari 14 zaman manusia tersebut, yaitu memasuki zaman Kali yuga minor, dan bisa saja terjadi kiamat tetapi tidak total.
Ciri- ciri zaman kali yuga saat ini adalah serba terbalik dengan Kerta yuga sebagai mana banyak diuraikan dalam kitab Parasara Dharmasastra, pada zaman Kerta yuga bila kita mau menolong orang harus orang yang mau menolong datang kepada orang- orang susah (yang harus ditolong), karena orang susah tidak mau membebani orang lain, sedangkan pada zaman kali ini orang susah yang mendatangi orang- orang yang mau menolong dan orang yang mau menolong ada pamerih ada keinginan tertentu dibalik pertolongan itu secara duniawi misalnya dukungan politik menjelang pemilu dan lain- lain, sehingga pertolongannya itu tidak suci lagi, kalau zaman kerta semua pertolongan adalah tanpa pamerih dan suci.Pada zaman kali banyak Orang- orang suci kurang dihormati dan kurang berwibawa, kadang- kadang Ida Pedanda, Rsi, Mpu atau Sang Dwija dipaksakan untuk melaksanakan upacara misalnya kematian padewasaannya kadang- kadang tidak tepat, me mohonnya melalui telepon lagi karena ingin serba cepat, tata krama, pakem upakara, upacara menjadi sangat merosot, orang- orang pintar, jujur, suci kurang dihormati, dan kurang diperhatikan di Masyarakat. Yang punya kedudukan/ berkuasa, dihormati adalah yang punya harta/ uang walaupun cara mencarinya dengan cara tidak halal atau curang, pohon- pohon ditebangi, tanaman- tanaman bunga dimusnahkan untuk membuat Banten membeli saja, yang dipelihara burung- burung dikurung dalam sangkar , anjing diikat dengan rantai atau dikerangkeng, dalam hidup banyak sekali tuntutannya walaupun sudah punya artha banyak, sehingga antar saudara, keluarga dan lain- lain terjadi ketegangan- ketegangan, kurang percaya denga Tuhan Pratima dicuri, akhirnya timbul keputus asaan hidup, dan makin banyak orang- orang yang stress. akankah kita mau terjerumus kedalam kehancuran ini.
Sebagai umat Hindu kita percaya kepada ajaran Weda, disana ada petunjuk dan larangan untuk menyikapi hidup ini, karena di zaman kali ini masih ada manusia jujur benar dan suci Sebanyak 25 % dan tidak baik 75 %. Apakah kita mau bergabung kedalam yang tidak baik yang 75 % itu, atau kedalam yang baik yang 25 % itu. Bila kita mau baik dan selamat didunia dan akhirat, laksanakanlah petunjuk weda patuhi larangannya laksanakan perintahnya, amalkan dan laksanakan Hukum Karma Phala tersebut, kerena hidup tidak berakhir sampai disini tetapi masih ada dunia lain yang kekal (Brahma Jyotir). Ksamaswamam. Om Santih...Santih...Santih Om.

Selasa, 17 Agustus 2010

ANGGOTA KODAM IX/ UDAYANA SE- GARNIZUN DENPASAR MELAKSANAKAN DOA BERSAMA DALAM RANGKA HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA TGL 17 AGUSTUS 2010




Para personil kodam IX/ Udayana Se- Garnizun Denpasar yang beragama Hindu melaksanakan doa bersama dalam rangka ke- 65 Hut Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 2010, bertempat di Pura agung Jagadnatha Denpasar dipimpin oleh Bpk. Letnan Kolonel Caj Drs. I Dewa Ketut Budiana, M. Phil.H (Ka Bintaldam IX/ Udayana). Senin (16/8).
Dalam Dharmawacananya Ka Bintaldam IX/ Udayana mengambil judul tentang ,"Ethos Kerja". Pertama kita harus mensyukuri hidup ini apapun profesi kita baik sebagai buruh, petani, manager, pegawai negeri dan lain- lain, karena manusia secara rohaniah tidak diukur dari latar belakang tersebut, tetapi secara rohani (Tuhan) menilai kita melalui karma, sudah benarkah kita melaksanakan tugas- tugas tersebut, misalnya seorang manager dengan meja kantor yang mengkilap tetapi tidak jujur, tidak adil koruptor lama kelamaan pasti terbongkar, dan secara rohani pasti nilainya negatif, lain halnya dengan buruh bila bekerja tidak memikirkan hasilnya dia akan tenang, tidak gelisah dalam hidupnya dan cara hidupnya sesuai dengan apa yang didapatkannya tidak terikat kepada diluar kemampuanya inilah kebahagiaan, secara rohani akan mendapat nilai positif. oleh karena itu bekerjalah jangan semata- mata hasil yang menjadi motip anda bekerja, inilah namanya pengabdian (Bhagavadgita bab II Sloka 47). Kedua, Ciptakan kesucian.Dalam dunia kerohhanian bila kita sembahyang Ke Pura, Merajan, atau tempat- tempat Suci, ciptakanlah kesucian bicara yang suci sebab seperti teori Quantum getaran vibrasi dari seseorang akan mempengaruhi yang lainnya, dan jangan lupa sebelum sembahyang nyanyikan kidung- kidung suci sebab ini adalah wujud yadnya. Ketiga, harus punya tanggungjawab harga diri misalnya seorang Perwira bagaimana bersikap dikantor, di rumah dan di masyarakat lingkungan kita berada, kita harus mampu menyelesaikan masalah, dan jangan sampai kita dimasalahkan. Dalam teori ethos kerja kita ambil contoh kelapa jangan kita menjadi sebatas kulit luar ( sambuk), dan tempurungnya saja, kita harus menjadi isinya itulah manusia utuh (lengkap).
Akhirnya kerja adalah rahmat dari Ida Sanghyang Widhi Wasa, kerja adalah panggilan suci, kerja adalah aktualisasi diri, kerja adalah pelayanan ( pengabdian).
Om awighnamastu, ksamaswamam, Santih...Santih...Santih OM.

Rabu, 21 Juli 2010

MEMAKNAI AJARAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI




Ibu Dra. Ni Made Sriarwati, dari Departemen Agama Provinsi Bali, memberikan pembinaan rohani Hindu kepada lebih kurang 700 orang personil Kodam IX/ Udayana se Garnizun Denpasar, di Pura Agung Jagadnatha Denpasar, Rabu (21/7).
Judul dharmawacananya adalah, "Memaknai Ajaran Tri Hita Karana dalam Kehidupan Sehari hari".Tri Hita Karana artinya, tiga hal yang menyebabkan kita selamat atau rahayu, ini adalah ajaran Agama Hindu, tetapi berlaku secara universal, sebab siapapun kalau melaksanakan ajaran ini dalam hidupnya akan tertata dengan baik, hidupnya akan penuh dengan disiplin, hidupnya akan sesuai dengan aturan- aturan yang berlaku untuk keselamatan semua, kita akan menempatkan diri sesuai dengan aturan- aturan Tri Mandala/ Tri Angga, yaitu kita akan mampu membedakan mana kepala, badan dan kaki, artinya kita di dalam menjalani hidup ini sesuai dengan hak dan kewajiban kita, mana yang boleh kita lakukan dan mana yang tidak boleh kita lakukan, dan apabila di dalam masyarakat kita banyak terjadi perbuatan- perbuatan yang melanggar aturan ajaran Agama kita (Hindu), kehidupan akan semakin kacau.
Ajaran Tri Hita Karana, menurut Ibu Sriarwati yang juga sebagai dosen agama Hindu di beberapa Perguruan Tinggi Hindu, terdiri dari :Pertama adalaParhyangan, yaitu hubungan kita dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa, dalam bhuwana agung di Desa Pakraman misalnya berupa Kahyangan Tiga (Pura), di dalam pekarangan kita disebut Merajan, sanggah, Paibon (gedong bata), disini tempat kita untuk menyembah Tuhan untuk kita mendapatkan keselamatan, Merajan ataupun Paibon adalah kawitan kita untuk menyampaikan Bhakti kita kepada Hyang Widhi yang paling dekat, dan ini adalah sebagai Uttama Mandala, di dalam diri kita pun ada Tri Hita Karana, kita harus selalu dekat dengan Hyang Widhi dan selalu menyebut nama beliau, dan mengingatnya kita pasti akan selamat didalam hidup dan kehidupan ini yang penuh dengan tantangan dan bila kita salah menyikapinya pikiran akan tidak terkendali bisa kita terjebak kedalam lembah dosa, oleh karena itu sembahlah Hyang Widhi dengan segala manifestasinya. Kedua, adalah Pawongan, adalah keharmonisan hidup antara sesama manusia, warga, ataupun semua makhluk hidup, kalau didalam masyarakat atau Desa Pakraman, kita harus rukun atar krama Banjar, saling membantu, jangan melanggar aturan- aturan adat dan Agama sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, didalam rumah tangga Suatu pekarangan para anggota rumah tangga harus mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya masing- masing saling membatu, harus ada yang mampu mengalah bila ada perselisihan dan memcari jalan tengah yang terbaik dan jangan lupa selalu sembahyang dimerajan, dekat dengan leluhur, kawitan, dan selanjutnya. Ketiga adalah Palemahan, kita harus serasi dan harmonis dengan lingkungan, yang terdiri dari wilayah kita misalnya Desa Pakraman batas wilayah harus jelas, pohon-pohon jangan dihabiskan
/detebangi, malahan harus ada gerakan penanaman pohon kembali, lahan- lahan yang gundul harus dihutankan, sehingga tidak terjadi bencana atau banjir bila musim hujan tiba.
Akhirnya marilah kita sebagai umat Hindu yang satu- satunya agama memiliki ajaran Tri Hita Karana, laksanakan ajaran tersebut dalam hidup dan kehidupan ini, sehingga global warning dapat terjawab.
AWIGHNAMASTU, NAMASTE.


Kamis, 29 April 2010

HAKEKAT HARI RAYA GALUNGAN





Bapak Drs. Iketut Wiana, MAg, kamis (29/4) dalam Dharmawacananya kepada lebih kurang 500 orang anggota Kodam IX/ Udayana segarnizun Denpasar yang berkisar tentang memaknai pelaksanaan hari raya Galungan dalam waktu dekat ini. Rangkaian hari raya Galungan dimulai dari
tumpek wariga (sabtu keliwon wuku wariga) sampai dengan rabu keliwon wuku pahang. Tujuannya dalam rangka kemenangan Dharma melawan Adharma, Dharma adalah kebenaran dan kebenaran ada sebagai akibat dari kejujuran (satyam), karena itu kita yang berpegang dari Dharma punya kewajiban hidup dan kehidupan, dan kemenangan dharma jangan diartikan hanya kemenangan kita dalam mengorbankan binatang dalam penampahan Galungan.
Orang- orang khususnya umat Sedharma yang benar- benar memaknai Galungan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini harus benar- benar menjalankan disiplin hidup, bagaimana dalam rumah tangganya seorang suami harus menghormati serta menghargai isterinya karena dalam sastra Hindu menyatakan dimana wanita dihormati disana para Dewa akan turun, karena disana akan ada korban suci (Yadnya), tetapi dimana wanita tidak dihormat, tidak dihargai serta disepelekan disana yang akan ada setan- setan dan kehancuran (Adharma).
Dalam hidup ini kita harus wajar- wajar saja, jangan hanya mementingkan diri sendiri, bila perlu orang lain dibantu sesuai dengan kemampuan kita, tingkatkan SDM nya, ingat kita adalah bersaudara dengan dunia dan isinya ini. Akhirnya kemenangan Dharma dalam memaknai Galungan bagaimana diri kita bermanfaat atau berguna untuk kepentingan yang lebih besar, diri sendiri keluarga Bangsa dan Negara. OM SANTIH...SANTIH...SANTIH OM

Senin, 29 Maret 2010

PIODALAN DI PURA AGUNG UDAYANA MAKODAM IX/ UDAYANA





Piodalan atau hari suci Pura Agung Udayana Makodam IX/ Udayana diperingati setiap tahun, untuk
tahun ini jatuh pada senin umanis wuku Taulu Purnamaning Kedasa 1932 Saka atau pada tanggal 29 maret 2010. Dipimpin aleh Kabintaldam IX/ udayana, dan upacara dilaksanakan
oleh para Pemangku Makodam atau anggota Makodam yang menjadi pemangku di tempat lain.
Pukul 08.00 wita upacara sudah dimulai, diawali dengan pensucian dengan api, tirtha pembersihan, durmenggala, prayascita serta pengelukatan. Kemudian dilaksanakanlah upacara Pecaruan untuk mensucikan para bhuta kala supaya menjadi roh suci yang selanjutnya diharapkan akan menyelamatkan kita semua. selanjutnya ngemedalan Ida Bhtara- Bhtari, Dewa- Dewi semua manifesta Tuhan Yang Maha Esa Ida Sanhyang Widhi Wasa, diharapkan turun memberikan waranugrahanya kepada kita semua. Setelah Ida Bhtara- Bhtari Mesucian dihaturkanlah Pegeresikan seta ayaban dalam bentuk Upaka ataupun haturan- haturan berupa sesajen dari anggota Makodam yang beragama Hindu. Bersamaan itu depersembahkan juga tari- tarian dalam bentuk tari rejang dan topeng.

Pukul 12.00 wita Dilaksanakanlah persembahyangan, diawali dengan Puja Tri sandhya, dan selanjutnya keramaning sembah, serta ditutup dengan parama santi (ngelebar).

Kamis, 11 Maret 2010

Pembinaan Rohani Hindu


09.00 wita,Pembinaan rohani Hindu di Pura Agung Jagadnatha Denpasar,dengan judul, "Tahun Baru Saka Kaitannya dengan Perayaan Nyepi", Sebagai pendharmawacana adalah Bapak Drs. I Ketut Wiana, M.Ag. Jumlah anggota Makodam IX/udayana dan Dinas jawatan Segarnizun Denpasar yang hadir Lebih kurang 1000 orang. Hari raya Nyepi adalah untuk memperingati Tahun baru saka yang setiap tahunnya jatuh tanggal apisan (1) sasih kedasa, sistem penanggalan atau kalender Hindu terjadi dari penggabungan peredaran Bulan mengelilingi Bumi (lunar sistem) dan Bumi mengelilingi matahari ( solar sistem), agama- agama selain HIndu ada yang hanya memakai lunar sistem atau hanya solar sistem. Nyepi pada tahun ini tanggal 1 sasih kedasa tahun saka 1932, atau tanggal 16 maret 2010 (tahun masehi). Rangkaian perayaan Nyepi diawali dengan adanya acara Mekiyis (melis), biasanya dilaksanakan tiga hari sebelum Nyepi yaitu para kerama Hindu masing- masing banjar di Bali pergi ke Segara atau kesumber air dengan mengusung Pralingga- Pralingga, Pratima- Pratima, Tapakan- Tapakan Ida Bhatara-Bhatari, maksudnya untuk melenyapkan segala leteh atau kekotoran agar semuanya menjadi suci, selanjutnya mengambil Tirtha Amertha di tengah Samudera (anganyut aken ikang letuh kabeh, angamet aken Tirtha Amertha ring tengahing samudera), dengan mekiyis ini segala leteh atau kekotoran yang ada di Bhuwana agung dan Bhuwana alit akan berkurang atau lenyap serta semuanya menjadi suci. Selanjutnya sehari sebelum Nyepi dilaksanakanlah Upacara Pengerupukan yaitu pada Tilem Kesanga dilaksanakan Tawur Kesanga atau pecaruan Agung dilaksanakan mulai di rumah tangga masing- masing kerama Hindu dengan nasi tawur caru paling sederhana, tingkat Banjar Pekraman, Desa Kecamatan, Kabupaten, Kota, Propinsi, Bahkan Kalau Bisa Tingkat Nasional yang sudah tentu alat-alat (upakaranya) bertambah lebih besar. Upacara Pecaruan Agung ini (Tawur kesanga) bertujuan menetralisir kekuatan- kekuatan negatip yang diwujudkan dalam bentuk Bhuta Kala, sehingga dibuatlah Ogoh- ogoh sebagai perwujudan Bhuta Kala, ogoh- ogoh ini setelah disomyo sehingga menjadi roh suci, perwujudan dalam bentuk Bhuta kala Agar dipralina jangan disimpan dibale Banjar (menurut Mangku Krisnayana). Selanjutnya sehari setelah pengerupukan melaksanakan Bherata Penyepian (catur Bherata Penyepian) yaitu Amati gni, amati lelanguan, amati lelungan, dan amati karya. Pada hari Nyepi bagi umat hindu sangat detekankan untuk melaksanakan Upawasa (tidak makan minun),Tapa, Bherata, Yoga, Semadi wajib benar- benar dilaksanakan dan diamalkan.

10.00 wita, dilanjutkan dengan persembahyangan diawali dengan Puja Tri Sadhya, keraning Sembah, nunas Tirtha dan Paramasanti, dipimpin oleh Mangku Krisnayana (i wayan purwita)

Konsutasi Publik

09.00 wita bertempat di balai prajurit Makodam Ix/udayana diselenggarakan konsultasi publik, tentang Rancangan UU pengaktifan kembali mantan prajurit wajib maupun sukarela apabila Negara dinyatakan dalam keadaan darurat, pesertanya adalah dari unsur militer (darat, laut, udara) dan dari unsur- unsur sipil, jumlah ppeserta lebih kurang 63 orang, penyelenggara dari Dephan. Acara pokok adalah tanya jawab dan pengisian angket agar RUU tersebut bisa diterima oleh semua komponen masyakat yang ada di Indonesia.

Kamis, 04 Maret 2010

Pagerwesi


Pagerwesi, merupakan hari besar agama Hindu, di Indonesia diperingati setiap 6 bulan sekali yaitu setiap hari rebo keliwon wuku sinta, diperingati untuk menyembah Tuhan yang dimanifestikan sebagai Sanghyang Pramesti Guru yang sedang beryoga, sebagai penyembahnya sangat tepat dihari Pagerwesi ini kita melaksanakan tapa, yoga semadi, agar kita mendapat anugerah serta restu dari Sanghyang Pramesti Guru, agar kita mempunyai benteng yang kuat didalam menghadapi tantangan hidup ini yang semakin berat ...

Minggu, 28 Februari 2010

PELAKSANAAN HARI RAYA SARASWATI


           Dewi Saraswati adalah seorang Dewi yang sangat cantik dan cerdas sebagai Saktinya Dewa Brahma yaitu manifestasi Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, bila kita kaji barang siapa yang memiliki ilmu pengetahuan dia akan menawan/ menarik, mempunyai kecerdasan, mampu mengatasi permasalahan hidupnya dan senantiasa tujuan hiduppnya akan tercapai, apabila ilmu pengetahuan duniawi saling bersinergi dengan ilmu kerohanian (Veda).(bag.4)

Hari Raya Saraswati


                                                                                 
                                     
           Hari Raya Saraswati, diperingati setiap 6 bulan, yaitu pada hari sabtu umanis wuku watugunung. Adalah untuk memperingati turunnya kitab Suci Hindu (Veda) dari Tuhan. Veda adalah wahyu Tuhan yang diterima leh para maharsi, Reg Veda diterima oleh tujuh Maharsi (Saptarsi), sehingga Veda disebut kitab Wahyu (sruti). Secara garis besar Veda terdiri dari Sruti, smerthi, dan atmanastuti, sehingga ada 29 Orang Maharsi (Dwityahnawarsih) penerima ajaran Veda. Veda dihimpun oleh Maharsi Vyasa dan murid-murinya.(bag.1)

Jumat, 26 Februari 2010

Perjalanan hidup

Di hari libur ini banyak kewajiban yang harus gua kerjakan waktu, hari, minggu, bulan, tahun, dan selanjutnya makin cepat berlalu banyak kewajiban yang belum terselesaikan umurpun sudah semakin berkurang, tetapi gua merasa hidup baru kemaren, itulah hidup karena penuh dengan kewajiban dan pekerjaan, tetapi bila hidup tidak bekerja berarti kita hidup kedunia ini tidak dapat memperbaiki kehidupan selanjutnya, karena kita hidup di dunia ini bisa menambah kesalahan atau dosa, karenanya berbuat baiklah...

Kamis, 25 Februari 2010

kegiatan

07.00 wita apel pagi penekanan pengambil apel kita harus pandai- pandai mengatur kehidupan dihadapkan dengan penghasilan kita, kalau tidak benar mengaturnya berapapun penghasilan kita tidak pernah cukup dan tidak pernah bahagia hidup kita, dan yang paling penting kendalikan pikiran.

07.30 wita melaksanakan latihan defile, diantaranya langkah biasa, langkah tegap, hormat kanan. Yang menjadi masalah adalah kelurusan barisan, untuk mengatasi hal ini masing- masing harus punya daya nalar panca indra harus dikonsentrasikan kearah tiga dimensi dan terjadinya kesamaan gerak. Akhirnya kita harus iklas dalam latihan dan adanya kesamaan tujuan.

09.30 wita melaksanakan kegiatan kantor dengan rutin.

10.00 wita masing- masing operator dari staf umum latihan IT diruangan saya dan dilanjutkan dengan pengisian blog masing- masinhg perwakilan staf umum tersebut.

12.00 wita sembahyang di Pura Agung Udayana (Pura di kantor).

15.00 wita Apel siang.

17.00 wita meninggalkan kantor menuju rumah masing- masing, kecuali yang dinas dalam dan yang melaksanakan dinas khusus.

Rabu, 24 Februari 2010

kegitan rutin

07.00 wita, apel pagi dihalaman kantor depan, pengarahan pengambil apel kita harus mengerti dan diharapkan mampu melaksanakan tugas- tugas atasan kita, karena sewaktu-waktu atasan kita akan tidak ada ditempat misalnya sekolah beberapa bulan atau dinas lain dalam waktu yang cukup lama, dan secara automatis satu tingkat dibawah atasan kita harus mampu melaksanakan tugas- tugas tersebut. Dengan demikian tugas-wewenang dan tanggungjawab satuan tersebut harus kita ketahui dan dimengerti,untuk itu kita dituntut suatu kemauan untuk menjadi tahu, bila ini dapat dilaksanakan, tugas- tugas yang dibebankan kepada kesatuan kita akan dapat terselesaikan dengan baik dan sukses.Akhirnya kita harus ada kepedulian dan menjadi tahu.

08.00 wita, melasanakan kegitan rutin menyelesaikan surat- surat, mendisposisi surat- surat.

10.00 wita, latihan IT.

12.00 wita, sembahyang bersama.

14.00 wita, pengarahan di ruang komputer.

14.30 wita, apel siang.