Selasa, 30 November 2010

KALI YUGA





Anggota Kodam IX /Udayana, se Garnizun Denpasar, mengikuti Bimbingan Rohani Hindu di Pura Agung Jagadnatha Denpasar, berjumlah lebih kurang 250 Orang, sebagai penceramah adalah Ibu Dra. Ni Made Sriarwati, dari Depag Propinsi Bali, dengan Topik, "KALI YUGA".Senin (29/11).
Kali yuga yang merupakan salah satu bagian dari Catur yuga (Kerta Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga), merupakan pembagian masa/ zaman berlangsungnya jagadraya ini beserta isinya. Menurut Manu Dharma Sastra, setengah kalpa terdiri dari 14 zaman Manusia , dan masing- masing zaman manusia ada catur yuganya, disebut catur yuga minor, karena pada setiap zaman manusia misalnya akan terjadi kali yuga tetapi kehancurannya tidak total, dan setelah masuk ke- 14 zaman manusia akan terjadi kali yuga total, jagadraya beserta isinya ini akan musnah total yang ada hanya Brahman dan beryoga selama setengah hari Brahman kemudian jagadraya beserta isinya akan tercipta lagi dari diri Brahman. 14 zaman manusia adalah siang harinya Brahman, sehingga malam hari dan siang harinya Brahman adalah satu harinya Brahman atau satu Kalpa. jagadraya beserta isinya dan 14 zaman manusia adalah setengah harinya Brahman. Pada saat ini kita baru masuk pada zaman manusia yang ke-7 dari 14 zaman manusia tersebut, yaitu memasuki zaman Kali yuga minor, dan bisa saja terjadi kiamat tetapi tidak total.
Ciri- ciri zaman kali yuga saat ini adalah serba terbalik dengan Kerta yuga sebagai mana banyak diuraikan dalam kitab Parasara Dharmasastra, pada zaman Kerta yuga bila kita mau menolong orang harus orang yang mau menolong datang kepada orang- orang susah (yang harus ditolong), karena orang susah tidak mau membebani orang lain, sedangkan pada zaman kali ini orang susah yang mendatangi orang- orang yang mau menolong dan orang yang mau menolong ada pamerih ada keinginan tertentu dibalik pertolongan itu secara duniawi misalnya dukungan politik menjelang pemilu dan lain- lain, sehingga pertolongannya itu tidak suci lagi, kalau zaman kerta semua pertolongan adalah tanpa pamerih dan suci.Pada zaman kali banyak Orang- orang suci kurang dihormati dan kurang berwibawa, kadang- kadang Ida Pedanda, Rsi, Mpu atau Sang Dwija dipaksakan untuk melaksanakan upacara misalnya kematian padewasaannya kadang- kadang tidak tepat, me mohonnya melalui telepon lagi karena ingin serba cepat, tata krama, pakem upakara, upacara menjadi sangat merosot, orang- orang pintar, jujur, suci kurang dihormati, dan kurang diperhatikan di Masyarakat. Yang punya kedudukan/ berkuasa, dihormati adalah yang punya harta/ uang walaupun cara mencarinya dengan cara tidak halal atau curang, pohon- pohon ditebangi, tanaman- tanaman bunga dimusnahkan untuk membuat Banten membeli saja, yang dipelihara burung- burung dikurung dalam sangkar , anjing diikat dengan rantai atau dikerangkeng, dalam hidup banyak sekali tuntutannya walaupun sudah punya artha banyak, sehingga antar saudara, keluarga dan lain- lain terjadi ketegangan- ketegangan, kurang percaya denga Tuhan Pratima dicuri, akhirnya timbul keputus asaan hidup, dan makin banyak orang- orang yang stress. akankah kita mau terjerumus kedalam kehancuran ini.
Sebagai umat Hindu kita percaya kepada ajaran Weda, disana ada petunjuk dan larangan untuk menyikapi hidup ini, karena di zaman kali ini masih ada manusia jujur benar dan suci Sebanyak 25 % dan tidak baik 75 %. Apakah kita mau bergabung kedalam yang tidak baik yang 75 % itu, atau kedalam yang baik yang 25 % itu. Bila kita mau baik dan selamat didunia dan akhirat, laksanakanlah petunjuk weda patuhi larangannya laksanakan perintahnya, amalkan dan laksanakan Hukum Karma Phala tersebut, kerena hidup tidak berakhir sampai disini tetapi masih ada dunia lain yang kekal (Brahma Jyotir). Ksamaswamam. Om Santih...Santih...Santih Om.